1.
Soe Hok Gie & Idhan Lubis (semeru 1969)
Pada tanggal
12 Desember 1969, bersama ketujuh rekan pecinta alam lainnya berangkat dari
Jakarta, untuk mencoba menaklukkan gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung
Semeru di Jawa Timur. Secara kebetulan pula Soe Hok Gie akan berencana
merayakan ulang tahunnya ke-27 yang jatuh pada 17 Desember 1969 kala itu.
Pada tanggal
12 Desember 1969, bersama ketujuh rekan pecinta alam lainnya berangkat dari
Jakarta, untuk mencoba menaklukkan gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung
Semeru di Jawa Timur. Secara kebetulan pula Soe Hok Gie akan berencana
merayakan ulang tahunnya ke-27 yang jatuh pada 17 Desember 1969 kala itu.
Akhirnya 16
Desember 1969 Soe Hok Gie bersama ketujuh rekannya berhasil sampai di Mahameru,
puncak Gunung Semeru. Artinya ia telah berhasil menaklukkan ganas dan terjalnya
Gunung Semeru. Saat itu cuaca kurang bersahabat, dinginnya udara, terpaan
angin, dan kadang diiringin dengan hujan lebat. Bersamaan itu pula Gunung
Semeru menunjukkan “kuasanya”, meletupkan material vulkanik berupa
bebatuan dan pasir serta sesekali disertai dengan semburan gas. melihat situasi
seperti itu tim memutuskan untuk segera turun. Hanya Soe Hok Gie dan Idhan
Lubis yang belakangan. Entah apa yang menyebabkan Gie menunda untuk turun atau
mungkin ia ingin bertahan untuk merayakan ulang tahun yang ke- 27 di esok hari.
Keenam rekannya sudah mulai turun, beberapa saat kemudian justru didapati
khabar bahwa Soe Hok Gie dan Idan Lubis mengalami kecelakaan. Akhirnya beberapa
rekan kembali lagi ke atas untuk memastikan apa yang terjadi. Ternyata justru
yang didapati kedua rekannya itu sudah tidak bernyawa lagi. Dugaan keras
meninggalnya Soe Hok Gie dan Idhan Lubis akibat menghirup gas beracun yang
dikeluarkan kawah Gunung Semeru.
Sejak itu
Soe Hok Gie dan Idhan Lubis tercatat sebagi korban pertama yang gugur di Gunung
Semeru. Dan ada beberapa puluhan pendaki di tahun-tahun selanjutnya
yang dinyatakan gugur dan hilang. Penyebabnya bermacam-macam, ada yang jatuh ke
jurang, tertimpa material vulkanik, tersesat saat cuaca buruk, dan menghirup
gas beracun. Namun demikian “ganasnya” Gunung Semeru tidak menjadi
penghalang bagi pendaki yang mencari kedamaian dan menguji nyali untuk sampai
di puncak Semeru.
Selamat
beristirahat, Gie!
2. Norman Edwin
& Didiek
Samsu (Aconcagua
Argentina 1992)
Norman Edwin yang kita kenal adalah tokoh
Pendaki gunung yang meninggalkan dunia ini di Puncak Aconcagua Argentina.
Sampai kini kenangan tentang beliau khususnya bagi para penggiat alam bebas dan
mahasiswa pecinta alam UI teramat sangat melegenda. Baik dari segi
kesungguhannya terhadap alam maupun dalam kemahasiswaannya.
Selayaknya
kita turut memberikan hormat dan ucapan salut atas yang Norman lakukan.Sampai
saat ini masih teramat jarang yang bisa menyamai ataupun melampaui Norman
dikarenakan masalah hati dan pikiran. Ada baiknya Norman Edwin kita jadikan
panutan khususnya bagi para penyuka alam bebas.
Siang itu
tanggal 20 Maret 1992. Di sana, di hamparan salju putih, sesosok tubuh tinggi
besar sedang berjuang keras melintasi tanjakan dengan kemiringan 40 derajat
pada ketinggian 6.700 meter. Niatnya sudah bulat. Ia akan mengibarkan Sang
Merah Putih dan Panji Mapala UI di Puncak Aconcagua. Ya, puncak tertinggi
Amerika Selatan itu hanya tinggal 200 meter lagi!
Meski
semangat terus membara, namun gerak tubuh itu kian perlahan. Sekilas ia
teringat Didiek Samsu, yang juga keletihan dan kini beristirahat tak jauh di
bawahnya. Lalu tarbayang wajah mungil Melati, anaknya. Karina, isterinya. Juga
wajah - wajah keluarga yang dicintainya. Serta para sahabatnya yang sering
menyuruhnya kembali.
Iapun meringis.. “Aku akan sampai ke puncak. Kini aku akan istirahat sejenak.” pikirnya. Tak lama kemudian matanyapun terpejam. Rasa letih dan kantuk itu telah membiusnya dan mengantarkan jiwanya ke puncak.
Iapun meringis.. “Aku akan sampai ke puncak. Kini aku akan istirahat sejenak.” pikirnya. Tak lama kemudian matanyapun terpejam. Rasa letih dan kantuk itu telah membiusnya dan mengantarkan jiwanya ke puncak.
3. Mudilul Fuad & Mufaikin
(Sindoro 2013)
Dua
orang pendaki yang masih berstatus pelajar SMP dan SMA, warga kecamatan Kepil,
Wonosobo, meninggal dunia di puncak gunung Sindoro. Keduanya yang masih
memiliki ikatan keluarga ini mendaki bersama empat orang teman lainnya.
Mereka mendaki gunung Sindoro pada tanggal 31 Desember dari pos desa Kledung,
dan pada Selasa pagi tragedi maut merenggut dua orang dari mereka.
Setelah
mendapatkan kabar kematian dua pendaki tersebut, tim SAR gabungan dari
Temanggung dan Wonosobo langsung melakukan proses evakuasi dengan bantuan dari
warga lokal yang telah lebih dulu bergerak. Dalam proses evakuasi, tim SAR
mengalami beberapa kendala terkait kondisi hujan serta hari yang keburu malam.
Korban pertama tewas ditempat sedangkan korban kedua tewas dalam perjalanan
turun setelah sebelumnya dalam kondisi sekarat.
Salah satu
anggota tim SAR menyebutkan, keterangan sementara penyebab kematian dua pendaki
ini adalah akibat menghirup asap belerang dari kawah gunung Sindoro. Awalnya
salah satu korban hendak turun mengambil belerang, namun malang korban
tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri. Korban kedua
bermaksud untuk menolong saudaranya, setelah berusaha menarik keatas, dia
justru turut tidak sadarkan diri,.
Dari
penelitian, ditemukan bahwa gas beracun yang menyebabkan tewasnya dua orang
pendaki itu adalah karena uap dari air hujan yang mengguyur puncak Sindoro.
Memang pada saat itu cuaca di sekitar gunung Sindoro sedang tidak baik.
Pada saat itu malam tahun baru, sekitar 150 orang tercatat mendaki gunung
Sindoro melalui pos Pendakian Kledung Temanggung, meskipun cuaca di sekitar
gunung Sindoro diguyur hujan deras.
Gunung
Sindoro adalah sebuah gunung di Jawa Tengah, tepatnya berada di barat dari kota
Temanggung dan timur dari kota Wonosobo. Gunung Sindoro yang bersebelahan
dengan gunung Sumbing memiliki ketinggian 3150 MDPL. Status gunung sindoro saat
ini adalah aktif normal.
SELAMAT JALAN
KAWAN.... PERSAHABATAN KALIAN AKAN TETAP ABADI..
Comments
Post a Comment