Lahir : Solo, 9 September 1968
Istri : Lenie Indria
Anak : Novalia Eka (9)
Pendidikan :
- SD Gulon, Solo
- SMP Purnama 1, Solo
- SMA Wolter Monginsidi, Solo (tidak lulus)
Prestasi :
- Mencapai puncak gunung Kilimanjaro (5.895 mdpl), gunung tertinggi di Afrika, 13 November 2011
- Mencapai puncak Gunung Elbrus (5.642 mdpl), gunung tertinggi di Eropa,
17 Agustus 2011
- Peraih medali emas Kejuaraan Panjat Dinding Asia di Korea Selatan tahun
2009
Sabar (43) berusaha
bangkit. Dengan sisa-sisa tenaga, di tengah terpaan angin dingin beruhu
minus 13 derajat celsius, dilangkahkan kedua tongkatnya bergantian meski
tertatih. Bendera Merah Putih terikat di tongkat kirinya.
Baru
berjalan empat langkah, Sabar kembali jatuh tersungkur. Padahal, puncak
Elbrus sudah di depan mata. Sabar kembali bangkit, kali ini tujuh
langkah terakhir berhasil mengantarkan pria berkaki satu ini menancapkan
Sang Merah Putih di puncak berketinggian 5.642 meter itu, satu dari
tujuh gunung tertinggi di dunia. Momen mengharukan ini bisa disaksikan
di kanal internet Youtube dengan judul Sabar Gorky di puncak Elbrus.
Prestasi Sabar yang
tepat dilakukan pada 17 Agustus 2011 menjadi salah satu kado ulang tahun
kemerdekaan RI tahun ini. Ia pun tercatat menjadi tuna daksa pertama
yang mencapai Elbrus melalui jalur utara, jalur yang tiga kali lebih
panjang dan lebih sulit dibanding jalur selatan.
"Sebenarnya saya dan
seorang teman berniat ikut kompetisi panjat tebing di Italia tahun 2010,
tapi batal karena tidak ada biaya. Eh, malah ada yang kasih perhatian
dan dukungan sehingga bisa mendaki Elbrus," kata Sabar di sela-sela
persiapannya membawa obor ASEAN Para Games di Stadion Manahan, Solo,
Jawa Tengah, Selasa (13/12).
Tidak ada yang tidak
bisa dilakukan jika kita mau bekerja keras mencapainya". Begitulah moto
hidup pria kelahiran Solo ini. Pria yang kehilangan kaki akibat
terjatuh dari kereta api saat masih duduk di bangku SMA ini sempat
terpuruk selama setahun pasca kecelakaan. Dorongan semangat dari teman
dan keluarga membantunya bangkit. "Kalau kita mau berusaha, tidak ada
kata tidak bisa," kata Sabar.
http://www.youtube.com/watch?v=p3nBHEiY5J8
http://www.youtube.com/watch?v=p3nBHEiY5J8
Tujuh puncak dunia
Elbrus menjadi
langkah awalnya untuk mencapai Seven Summits, tujuh puncak gunung
tertinggi di dunia. Tidak menunggu lama, dari puncak tertinggi di Eropa
itu, ia lantas merambah Afrika. Kali ini puncak Kilimanjaro dengan
ketinggian 5.895 meter di atas permukaan laut dia jejaki tepat pada 13
November 2011 melalui rute Marangu atau "Coca-cola route". Jika Elbrus
di Rusia dicapainya dalam waktu lima hari, dia menyentuh Kilimanjaro,
puncak tertinggi di Benua Afrika, dalam waktu empat hari.
Asep Sumantri Tole h
Tarwan dari Top Ranger and Mountain Pathfdiner (TRAMP), yang menjadi
tim teknis Sabar saat ke Kilimanjaro, mengungkapkan, Sabar mendaki
sangat cepat, dua kali lebih cepat daripada rekan setimnya yang punya
dua kaki. Ia juga selalu ceria dan pantang menyerah. Sabar yang justru
muncul sebagai motivator bagi rekan-rekan setimnya. "Orangnya selalu
ceria," kata Asep.
Namun, langkah Sabar
melambat, cenderung kesulitan, ketika turun dari puncak gunung. Ia pun
kerap jadi sasaran canda rekan-rekannya. "Kami jadi meledek dia dalam
arti bercanda, 'Makanya jangan sombong kalau naik'," kenang Asep.
Sabar sampai
dijuluki mafia oleh para pemandu Gunung Kilimanjaro yang dalam bahasa
setempat berarti orang yang selalu ceria, easy going, dan selalu berpikiran positif.
Di Rusia, Sabar
mendapat tambahan nama Gorky dari salah seorang staf Kedutaan Besar RI
(KBRI) untuk Rusia. Gorky berasal dari Maxim Gorky, nama panggilan
pujangga Rusia, Alexey Maximovich Peshkov. MAxim Gorky berarti si
empunya hidup pahit yang kemudian berkonotasi positif.
Sukses Sabar
mencapai puncak Elbrus disambut dengan pesta kecil di KBRI di Moskwa.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan menelpon Sabar, memberikan
ucapan selamat.
Sebelum bertolak ke
Rusia, Sabar bertemu Presiden Yudhoyono selain Menteri Pemuda dan
Olahraga Andi Mallarangeng, Ketua MPR Taufiq Kiemas, dan Ketua PP
Muhammadiyah Din Syamsuddin. Begitu pula saat ia sukses mencapai puncak
Kilimanjaro, sebuah pesta kecil dengan hidangan kambing guling menyambut
Sabar dan tim di KBRI di Nairobi, Kenya.
Kini Sabar dipercaya
membawa obor api ASEAN Para Games sambil "terbang" dari atap tribune
menuju kaldron. Sabar, yang sejak tahun 1997 menekuni olahraga panjat
tebing, mempersembahkan medali emas dari Kejuaraan Panjat Dinding Asia
di Korea Selatan tahun 2009.
"Saya senang
dipercaya membawa obor ASEAN Para Games. Apalagi momen ini di kampung
halaman sendiri," kata anak dari pasangan Sopawiro dan Sariyem ini.
Baru dua pekan
pulang dari Kilimanjaro, awal Desember lalu Sabar sudah mendaki gunung
lagi. Kali ini untuk memperingati Hari Penyandang Cacat Internasional di
puncak Gunung Lawu dengan berbaju batik. Meski begitu, ia hanya
tersenyum serba salah saat ditanya bagaimana perhatian pemerintah
terhadap difabel, termasuk atlet difabel.
Gemar mendaki
Kini, Sabar yang
hobi naik sepeda, panjat dinding, dan arung jeram menekuni pekerjaan
membersihkan kaca gedung-gedung bertingkat dengan high rope serta reparasi tas. Bukan pekerjaan yang mudah dan tentu saja penuh resiko.
Agaknya, aktivitas
berisiko tinggilah yang mampu memenuhi hasrat hidup Sabar. Gemar mendaki
gunung sejak tahun 1986, Sabar sempat pesimistis ketika pertama kali
hendak mencoba naik gunung kembali pasca kehilangan satu kaki.
Gunung Lawu di
perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur berhasil didakinya, setelah dua
kali mencoba. Setelah itu, dia mendaki Gunung Semeru di Jawa Timur yang
baru pertama kali itu ia daki. tahun 1997, Sabar mencapai puncak Gunung
Rinjani di Nusa Tenggara Barat.
Tahun depan, dengan
dukungan tim yang mengatur persiapan fisik dan keuangan, Sabar sudah
menyusun serangkaian agenda. ayah satu anak ini berencana, antara lain,
mencapai Mera Peak, salah satu puncak di Pegunungan Himalaya, Gunung
Aconcagua di Argentina, Puncak Cartenz di Papua, serta mengikuti
triatlon di Gurun Sahara, Maroko.
Tahun 2006, Sabar
berniat mendaki Puncak Cartenz, tetapi gagal karena kendala dana.
Padahal, saat itu ia telah berlatih fisik selama tujuh bulan.
Meski berhasil
menorehkan prestasi yang menjadi inspirasi bagi semua orang, Sabar tetap
memilih sikap rendah hati. Ketika puncak-puncak tertinggi dunia
didakinya, hanya satu yang tebersit di hatinya, kuasa Allah Yang Maha
Tinggi.
"Di situlah saya
benar-benar terasa, manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan kekuasaan
Tuhan Yang Maha Kuasa," kata anak bungsu dari sembilan bersaudara ini.
Comments
Post a Comment