HYPOTHERMIA (kehilangan suhu panas tubuh akibat basah dan kedinginan) |
Aktivitas
petualangan di musim hujan, seperti pendakian gunung otomatis akan meningkatkan
derajat bahayanya akibat gejala alam ini. Apalagi bila musim liburan tiba.
Seperti tak mau kehilangan kesempatan emas, banyak pendaki gunung tetap nekat
menyalurkan hobi petualangannya tanpa mempedulikan kondisi cuaca.
Ancaman
Hypothermia
Cuaca
di gunung memang tidak bisa ditebak. Apalagi pada bulan-bulan basah. Meski
gunung di Indonesia rata-rata hanya berketinggian sekitar 3.000 m dpl, tetapi
pada musim hujan, badai gunung yang menyertai hujan sering menyerang dan mampu
menurunkan suhu udara hingga mencapai di bawah titik beku atau di bawah 0
derajat celcius.
Bagi
para pendaki gunung yang tidak siap dengan fisik, mental serta perlengkapan
yang memadai, kondisi ini bisa menjadi sebuah malapetaka besar. Karena suhu
udara sedingin itu, merupakan kondisi yang sangat asing bagi tubuh manusia,
apalagi bagi orang-orang yang tinggal di daerah tropis seperti Indonesia.
Hypothermia
merupakan salah satu gejala penyakit di ketinggian yang sering menyerang para
pendaki gunung. Bahkan di Indonesia, hypothermia menduduki peringkat teratas
sebagai ancaman maut serta “hantu” pencabut nyawa paling kejam bagi para pendaki
gunung. Lalu apa dan bagaimana sebenarnya hypothermia itu hingga bisa menjadi
ancaman bak momok yang menakutkan bagi para pendaki gunung?
Penyakit
hypothermia merupakan satu dari sejumlah penyakit di ketinggian seperti
mountain sickness atau hipoksia (kekurangan pasokan oksigen ke tubuh), edema
baru dan dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh. Hypothermia sering menyerang
para pendaki gunung yang kurang melengkapi diri dengan perlengkapan penahan
dingin atau penghangat badan seperti sweater, jaket, kaos kaki, balaclava,
sarung tangan, tenda dsb.
Tetapi
kadang juga kerap terjadi, pendaki gunung yang sudah melengkapi diri dengan
perlengkapan penahan dingin tetap saja terkena hypothermia. Hal ini biasanya
terjadi karena seluruh pakaian yang dikenakan telah basah kuyup diterpa hujan.
Pendaki ini biasanya kurang melengkapi diri dengan perlengkapan penahan air
atau hujan seperti rain coat, ponco (jas hujan), payung atau tenda yang
memadai.
Pakaian
yang basah akan mengurangi insulasi (kemampuan untuk menahan panas badan)
sampai 90%. Kasus hypothermia yang disebabkan pakaian basah inilah sebenarnya
yang paling sering meminta korban pendaki gunung di Indonesia.
Preventif Hypothermia
Seperti
penyakit-penyakit gunung lainnya, hypothermia merupakan faktor bahaya yang
sebenarnya dapat diperhitungkan sebelum melakukan kegiatan pendakian atau lebih
dikenal dengan istilah subjective danger. Seorang pendaki yang sudah
mempersiapkan fisik maupun perlengkapannya akan lebih mudah menghadapi
bahaya-bahaya yang mungkin akan muncul.
Suatu
hal yang harus diingat, janganlah memulai persiapan itu ketika gejala-gejala
penyakitnya muncul di gunung. Persiapan itu harus sudah dimulai sejak masih di
rumah, yakni dengan memiliki pengetahuan tentang bahaya yang potensial muncul,
cara penanggulangan apa saja yang dibutuhkan.
Kecuali
mempersiapkan diri dengan perlengkapan penahan dingin dan anti air berkualitas
baik, ada beberapa hal pokok mendasar yang perlu diketahui mengenai
hypothermia. Selalu menjaga suhu tubuh pada suhu normal pada kisaran 37 derajat
celcius, merupakan hal utama untuk menghindari hypothermia.
Sebenarnya
secara alamiah tubuh manusia akan selalu menjaga panasnya dengan beberapa cara,
salah satunya melalui pencernaan makanan. Makanan yang masuk ke dalam tubuh
menghasilkan panas melalui oksidasi, dan ini terutama penting bagi tubuh ketika
sedang beristirahat. Panas yang berasal dari pencernaan makanan ini akan
dihasilkan lebih banyak lagi oleh tubuh ketika sedang bergerak.
Penanganan
Hypothermia
Orang
yang terkena hypothermia akan menunjukkan gejala-gejala sesuai dengan tingkat
penurunan suhu tubuh. Kehilangan kesadaran, misalnya akan menyebabkan apa yang
disebut dengan paradocixal feeling of warmth. Pada kondisi ini, penderita
hypothermia justru akan merasakan hal yang sebaliknya, yaitu rasa panas lalu
tanpa sadar seluruh pakaian ditanggalkan sendiri. Sehingga amat sering dijumpai
penderita atau korban hypothermia meninggal ditemukan dalam kondisi telanjang
bulat.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan untuk menangani penderita hypothermia. Pertama
adalah mencari dan memindahkan korban ke tempat yang kering dan terlindung dari
angin dan air. Kemudian sebelum diberikan minuman yang hangat dan manis,
usahakan baju basah korban diganti dengan yang kering. Lalu, masukkan korban ke
dalam sleeping bag kering yang sebelumnya telah dihangatkan dengan cara
memasukkan tubuh telanjang beberapa orang sehat (bersuhu normal).
Tindakan
selanjutnya adalah, memasukkan botol berisi air hangat ke dalam sleeping bag
untuk membantu memanaskan tubuh korban. Kalau sleeping bag cukup lebar, lakukan
transfer panas tubuh orang sehat ke korban dengan cara dua orang ikut masuk ke
dalam sleeping bag dan mengapit korban. Usahakan membuat api di kedua sisi
korban, dan jangan biarkan korban hypothermia tertidur.
Tidur
akan membuat penderita hypothermia kehilangan kesadaran dan tak mampu lagi
memanaskan tubuhnya secara alami. Biarkan dia mengigil dan segera beri minuman
hangat dan makanan manis setelah korban sadar. Hidrat arang dalam makanan itu
merupakan bahan bakar yang cepat sekali menghasilkan panas dan tenaga.
Comments
Post a Comment